Di tengah gegap gempita wisuda Universitas Gadjah Mada, seorang pemuda mengenakan toga sederhana tampak menunduk haru. Tangannya menggenggam erat selembar ijazah dengan stempel “cumlaude”. Wajahnya tidak asing di antara para dosen. mg4d Bukan karena ia anak pejabat, melainkan karena ayahnya adalah tukang sapu jalanan yang setiap hari menyapu sekitar kampus itu.
Namanya Ahmad Rizky Pratama, usia 23 tahun, lulusan Teknik Sipil. Hari itu bukan sekadar kelulusan baginya. Hari itu adalah puncak dari ribuan hari penuh perjuangan, air mata, dan keyakinan bahwa kemiskinan bukan alasan untuk menyerah.
Mengharukan: Masa Kecil yang Penuh Keterbatasan
Rizky lahir dan besar di kawasan Tambora, Jakarta Barat, di sebuah rumah petak berukuran 3×4 meter di pinggir rel kereta. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci panggilan, sementara ayahnya menyapu jalan-jalan kota Jakarta sejak Rizky kecil. Penghasilan mereka tak pernah pasti.
Pernah dalam satu minggu, mereka hanya makan nasi dengan garam. Untuk membeli seragam SD saja, sang ibu harus menabung selama dua bulan.
Namun, di tengah segala kekurangan itu, ayah dan ibu Rizky selalu mengatakan satu hal, “Kami tidak bisa memberi kamu warisan, tapi kami akan berikan satu hal: pendidikan.” Kata-kata itu tertanam kuat di hati Rizky kecil.
Di bangku SD, Rizky sudah dikenal sebagai anak yang rajin dan cerdas. Ia sering juara kelas meski belajar hanya dengan lampu minyak. Saat teman-temannya les, Rizky membantu ibunya menyetrika pakaian tetangga untuk tambahan uang sekolah.
Menggugah: Menang Lomba Ilmiah di Tengah Ketidakmungkinan
Masuk SMA Negeri unggulan di Jakarta adalah langkah besar bagi Rizky. Ia harus naik dua kali angkutan umum setiap hari. Tapi semangatnya tak pernah luntur. Ia bergabung dalam klub sains dan mulai menunjukkan bakat luar biasa di bidang fisika.
Di kelas 11, Rizky mewakili sekolahnya dalam lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat provinsi. Dengan alat sederhana dari barang bekas, ia menciptakan prototipe jembatan tahan gempa mini. Tak disangka, karyanya menjuarai lomba tersebut.
Hadiah uang tunai yang ia terima tidak dipakai untuk membeli gawai seperti kebanyakan remaja. Ia justru menyimpannya untuk biaya pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi.
“Aku tahu, satu-satunya jalan untuk mengubah hidupku adalah lewat pendidikan tinggi,” katanya.
Menginspirasi: Diterima di Universitas Gadjah Mada
Tahun 2020, Rizky diterima di jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, melalui jalur SBMPTN. Ia lulus dengan nilai nyaris sempurna. Karena latar belakang ekonominya, ia juga memperoleh beasiswa bidikmisi yang menanggung seluruh biaya kuliah dan hidup.
Namun, perjuangannya belum selesai. Di tahun pertama, Rizky harus beradaptasi dengan suasana baru, jauh dari keluarga dan tanpa fasilitas mewah. Untuk menambah uang saku, ia menjadi asisten praktikum dan mengajar les privat.
Setiap pagi, ia berjalan kaki 2 km ke kampus demi menghemat uang transportasi. Saat mahasiswa lain sibuk nongkrong di kafe, Rizky lebih memilih belajar di perpustakaan atau membantu teman-teman sekelasnya memahami materi.
Di mata dosen, Rizky adalah mahasiswa langka: cerdas, rendah hati, dan pekerja keras. Di mata teman-teman, ia adalah inspirasi nyata — bukti bahwa mimpi bisa melampaui batas sosial.
Menghebohkan: Kisahnya Viral dan Menginspirasi Ribuan Orang
Wisuda tahun 2024 menjadi momen yang tak terlupakan. Saat nama Rizky dipanggil ke atas panggung, rektor menyebutkan bahwa ia lulus dengan IPK 3,91 — salah satu tertinggi di fakultasnya.
Namun yang membuat seisi ruangan terdiam bukan hanya prestasinya, melainkan fakta bahwa ayahnya — Pak Darto — adalah petugas kebersihan di salah satu area kampus. Sehari-hari, Pak Darto menyapu halaman kampus dengan seragam oranye dan topi lebar, tanpa pernah mengeluh.
Saat Rizky naik ke podium, ia memeluk ayahnya yang duduk di bangku tamu undangan. Tangis pun pecah. Tepuk tangan menggema di seluruh auditorium.
Foto Rizky memeluk ayahnya menjadi viral di media sosial. Jutaan orang tersentuh oleh kisahnya. Banyak media nasional menulis tentangnya. Bahkan Menteri Pendidikan RI mengundangnya sebagai pembicara dalam seminar pendidikan.
Rizky menolak semua tawaran kerja dari perusahaan besar dalam negeri. Ia memilih menerima beasiswa lanjutan ke Jerman untuk mengambil program magister Teknik Sipil dan Infrastruktur Berkelanjutan.
“Aku ingin kembali ke Indonesia dan membangun jembatan di daerah terpencil yang selama ini dilupakan. Karena aku tahu rasanya hidup tanpa akses,” ucapnya di hadapan para jurnalis.
Kekuatan di Balik Mimpi
Kisah Rizky adalah gambaran nyata dari kekuatan mimpi. Bahwa keterbatasan ekonomi, status sosial, atau profesi orangtua bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita.
Ia tumbuh dari lorong sempit di pinggir rel, menyaksikan ayahnya berpeluh membersihkan jalan, dan kini berdiri gagah sebagai lulusan terbaik universitas ternama. Ia tidak hanya membawa nama baik keluarganya, tapi juga menjadi simbol harapan bagi ribuan anak muda di seluruh Indonesia.
Setiap langkah Rizky adalah pernyataan bahwa kita tidak bisa memilih lahir di mana, tapi kita bisa memilih akan menjadi siapa.
MG4D dalam Kisah Rizky
Mengharukan, karena Rizky lahir dari keluarga yang sangat sederhana dan hidup dalam keterbatasan ekstrem.
Menggugah, karena ia berani bermimpi besar di tengah realitas yang keras, dan tak menyerah walau tantangan datang silih berganti.
Menginspirasi, karena ia membuktikan bahwa kecerdasan, kerja keras, dan ketekunan bisa membawa seseorang ke puncak tertinggi pendidikan.
Menghebohkan, karena kisahnya menggugah jutaan hati dan menyentuh ruang publik, menjadikannya simbol kebangkitan generasi muda Indonesia.
Penutup: Untuk Siapa Pun yang Pernah Merasa Kecil
Jika kamu pernah merasa kecil karena lahir dalam kemiskinan, ingatlah Rizky. Jika kamu pernah merasa putus asa karena dunia terasa berat, ingatlah ayahnya yang menyapu jalan agar anaknya bisa duduk di bangku universitas.
Dan jika kamu sedang berjuang, merasa tak ada yang memahami, percayalah: mungkin, seperti Rizky, kamu sedang membangun jalan menuju cahaya — langkah demi langkah.
Karena mimpi besar tidak butuh istana, cukup tekad dan hati yang tak pernah lelah berjalan.